Ucapanku, celotehku
Di
sudut gunung berliuk-liuk..,
Perintahku
, lihat...!
Tumpukan
hijau merayap-rayap
Mereka
ingin menjulang setinggi pucuk bawaan
Bawaan
apa..? Bayangan awan selir manusia lama
Kapan
arak-arakan akar disecabik untaian kelopak bumi terjadi.....?
Ya-..-ketika
mereka di tumpang miliaran anak antara daratan dan selayang buih diair pantai
Karena
apa dan siapa....!
Hhhhh...Kuning
langsat berhanyut aliran di bawah pohon rindang
Si
gelombang memanggil layangan dirimba-rimba kecil kepulauan seribu
Disejauh
karang-karang ambilan pekerja daratan dan nelayan pasang
Untuk
itu, panggilan itu, alasan itu
Dimana..
?
Di
perempatan tanah
Tumbuh
akar berbalut daun gandum berseri padi
Dan
ilalang-ilalang manja mengikuti
Karena
alasan itu aku di tanyakan...!
----Tarian
abadi siap bertahta di rongga ocehan pribumi.
Aku
menjawab..!
Itu...Atas prinsip padu padu, mitos layu
Itu...Atas prinsip padu padu, mitos layu
Ragu-ragu
dan menjadi asri berlagu
Aku
sunyi. Seling jam an
-------------
Ronga...
Ronga.... Rongga...
Aku
kosong, dan terisi
Oleh
dia siserunai embun pembawa gerakan
Disebelah
sejarah merah cerita baru...
Kapan
tancapan manusia kaca berguling karena kita....?
Kita... Ya kita...
Siapa lagi...
Oh.... Itu dia. Tersilau alam mendung siawan gunung selat sunda
Siapa lagi...
Oh.... Itu dia. Tersilau alam mendung siawan gunung selat sunda
Oh,,
indahnya, karya untuk para sandra dunia
seperti kita
Sekian
bacaan rasa untuk kita.
......................................
Bersih menyala menyebutkan kata-kata pujian
Jika
berhenti kau baca ....
Jadi aku hanya apa..? Hanya rasa. Tidak!
Jadi aku hanya apa..? Hanya rasa. Tidak!
Ada
semboyan pohon untuk laut di tepi daratan
‘’matahari
terbit kalung abadi diakar urat air’’
Itu
bagian dari aku, begitu besar mereka mengagungkanku, bangga nya.
Itu
masih kecil,-
Masih
ada siraman hujan dibumbui kecupan mantra-mantra sang pencipta ribuan rasa
Untuk
penggelegar ludah si budak –budak nusantara
Tercicip,
tertelan, menetes,.....dan......... Tersentak
Ini
apa...?
Racun
lama..., mentahan garam, lumpuran bara
Bukan,,,,,?
Itu rasa emas dari kerak burung garuda
Tercipta,
terdampar.....
Dari
legenda rasa manusia garuda
Kapan
itu teretas bangsa kaya seperti kita....?
Ketika....itu
meretas jaringan hingga pulau jawa
meretas jaringan hingga pulau jawa
Oleh
penggembala yang dimana-mana
#########
Dan
beralih suara...saat
Sumatra
berisyarat ilmu........
‘’lengkeng
rasa, cipta manusia, kerja sama, karya ganda, dan ’’
Kalimantan
menjunjung agung ‘’ paru-paru dunia, suku langka, dan tambang masa’’
Itu
meledak lagi semasa
Kita_......
Di sudut gelegah-gelegah
Pancaroma
terlahir bujang-bujang
Dan
merantak
Seperti...........
Serantak
seruan kalangan sumpah pemuda
‘’yang
satu, berbahasa, dan bersatu’’di ruang terbuka
Itu
juga kita..
Begitu buih aku berkata, cuish, cuish, cuish.....
Begitu buih aku berkata, cuish, cuish, cuish.....
Gemetar
ucapku menetes.
Demi
ragam masa-masa langit di bawah ungkapan terkesima
Bahwa
ujung....
Sabang
rangkaian mata dari kesempurnaan merauke
Sudut
aku juga peka..
Terhadap.....Limpahan
prasa dari kaula muda untuk huruf ‘k’ di pertengahan gambar peta
‘’sulawesi
masa-masa menyematkan tradisi di langkah pertama jajahan bangsa kaya’’
Ternyata
masa klasik di tumpahi perang dingin saudara-saudara berbangsa
Tidak.....
Jangan....
Terkejut...!
Itu masa abu-abu kita,
Lupa
seperti sabuk hitam derajat pribumi darah biru
Ketika
abu tersimat di badanku, aku terkenang dan jadilah masa lalu
Tapi
tunggu, sekilas
Masa
klasik dulu bertengger rasa haru, haru biru
Dan
juang seruncing ujung bambu ketika kita dulu dilanda musuh berbau
Sekilas
ulasan...-
Ucapan
penggerak ingatan di sebaris limpahan prasa
----------------
Tertampang
lukisan burung-burung surga di sudut wajah kita
‘’corak
warna, beda gaya, dan tak terkesima’’
Ini
paling unik dari kita,,,,,, aku gelegar jiwa, ketika semakin terbangga
Dan
terpalang pintu.----
Ratusan
konsen bersulang rimba di tepis jarak bermil-mil dari khatulistiwa
Meradang
tunas pribumi menjunjung tinggi berlian permata
Di
ikuti lonta angin menjemput sibak untung
Ke
elokkannya....._-
Buyur-buyur
bening di tepian mata,
Rintihan
panggilan seperti burung garuda dan
Ucap
sajak lama
Dari
si topan pelangi tepian samudra india
‘’tanah
surga di belakangku akar abadi pelataran manusia itu’’
########
Semakin
kacir rongga terjepit cerita warna
Aku
ingat kunci kaca di pelataran berbahasa
mengenalkan
cara di ribuan desa
ungkapan
sastra pelipur lara
serta
::... sentilan sentilun massa penguak selimut ocehan kita
Dan..-
ungkapan
pendek dari prahara melihat bangsa berwarna
‘’aku
bertemu tanah moyang dan melihat mata-mata mozaik’’
Mereka
mengembalikanku..
Membimbingku....
Meletakkanku
di pelataranku...
Dan...--_
Menyerukan
kesatuan di atas dalih keragamanku
Ini
tradisi ku yang sering kusebut
Mungkin
sedikit lawak bergaya pembaharuan
Ketika
peran di dalamnya dimainkan
Dan
sementara..._dalang jawa memutar
sandiwara
Aku
menatap...-
Sinis
,,,
Komentar
pedas si wayang
Seyum
malu tutur bangga, akirnya selesai dan...-
hilang
malang...
kala
selir sinden terasa asing
Begitu
pandai si pemahat keris menyela api pangkuan sinden
Dan
bertemu kecak jari-jari dewa tari
Selalu
berkeping-keping di urut gentong
Bunyi
melayu...
Apakah
sabagian dari kita...?
Oo.....
Apa...!
Terhitung
satu dalam seribu
Tidak
pelu..- ku berwarna dan aku telah menceritakanya
Kau
dengar dan simpan
Simpan..?
Ya,
simpan dalam darah murnimu
Tak
cukup satu terucap dalam seribu
Tapi
seribu satu di tambah seribu satu, masih selembar buku untuk kita
----------------------------------------------