Rabu, 26 November 2014

Lentera




Ucapanku, celotehku

Di sudut gunung berliuk-liuk..,
Perintahku , lihat...!
Tumpukan hijau merayap-rayap
Mereka ingin menjulang setinggi pucuk bawaan
Bawaan apa..? Bayangan awan selir manusia lama
Kapan arak-arakan akar disecabik untaian kelopak bumi terjadi.....?
Ya-..-ketika mereka di tumpang miliaran anak antara daratan dan selayang buih diair pantai
Karena apa dan siapa....!
Hhhhh...Kuning langsat berhanyut aliran di bawah pohon rindang
Si gelombang memanggil layangan dirimba-rimba kecil kepulauan seribu
Disejauh karang-karang ambilan pekerja daratan dan nelayan pasang
Untuk itu,  panggilan itu, alasan itu
Dimana.. ?
Di perempatan tanah
Tumbuh akar berbalut daun gandum berseri padi
Dan ilalang-ilalang manja mengikuti
Karena alasan itu aku di tanyakan...!
----Tarian abadi siap bertahta di rongga ocehan pribumi.
Aku menjawab..!
Itu...Atas prinsip padu padu, mitos layu
Ragu-ragu dan menjadi asri berlagu
Aku sunyi.     Seling jam an
-------------
Ronga... Ronga.... Rongga...
Aku kosong, dan terisi
Oleh dia siserunai embun pembawa gerakan
Disebelah sejarah merah cerita baru...
Kapan tancapan manusia kaca berguling karena kita....?
Kita...   Ya kita...
Siapa lagi...
Oh.... Itu dia. Tersilau alam mendung siawan gunung selat sunda
Oh,, indahnya,  karya untuk para sandra dunia seperti kita
Sekian bacaan rasa untuk kita.

......................................
Bersih  menyala menyebutkan kata-kata pujian
Jika berhenti kau baca ....
Jadi aku hanya apa..? Hanya rasa. Tidak!
Ada semboyan pohon untuk laut di tepi daratan
‘’matahari terbit kalung abadi diakar urat air’’
Itu bagian dari aku, begitu besar mereka mengagungkanku, bangga nya.
Itu masih kecil,-
Masih ada siraman hujan dibumbui kecupan mantra-mantra sang pencipta ribuan rasa
Untuk penggelegar ludah si budak –budak nusantara
Tercicip, tertelan, menetes,.....dan.........  Tersentak
Ini apa...?
Racun lama..., mentahan garam, lumpuran bara
Bukan,,,,,? Itu rasa emas dari kerak burung garuda
Tercipta, terdampar.....
Dari legenda rasa manusia garuda
Kapan itu teretas bangsa kaya seperti kita....?

Ketika....itu
meretas jaringan hingga pulau jawa
Oleh penggembala yang dimana-mana

#########
Dan beralih suara...saat
Sumatra berisyarat ilmu........
‘’lengkeng rasa, cipta manusia, kerja sama, karya ganda, dan ’’
Kalimantan menjunjung agung ‘’ paru-paru dunia, suku langka, dan tambang masa’’
Itu meledak lagi semasa
Kita_...... Di sudut gelegah-gelegah
Pancaroma terlahir bujang-bujang
Dan merantak
Seperti...........
Serantak seruan kalangan sumpah pemuda
‘’yang satu, berbahasa, dan bersatu’’di ruang terbuka
Itu juga kita..
Begitu buih aku berkata, cuish, cuish, cuish.....

Gemetar ucapku menetes.
Demi ragam masa-masa langit di bawah ungkapan terkesima
Bahwa ujung....
Sabang rangkaian mata dari  kesempurnaan merauke
Sudut aku juga peka..
Terhadap.....Limpahan prasa dari kaula muda untuk huruf ‘k’ di pertengahan gambar peta
‘’sulawesi masa-masa menyematkan tradisi di langkah pertama jajahan bangsa kaya’’
Ternyata masa klasik di tumpahi perang dingin saudara-saudara berbangsa
Tidak.....
Jangan....
Terkejut...! Itu masa abu-abu kita,
Lupa seperti sabuk hitam derajat pribumi darah biru
Ketika abu tersimat di badanku, aku terkenang dan jadilah masa lalu
Tapi tunggu, sekilas
Masa klasik dulu bertengger rasa haru, haru biru
Dan juang seruncing ujung bambu ketika kita dulu dilanda musuh berbau
Sekilas ulasan...-
Ucapan penggerak ingatan di sebaris limpahan prasa

----------------
Tertampang lukisan burung-burung surga di sudut wajah kita
‘’corak warna, beda gaya, dan tak terkesima’’
Ini paling unik dari kita,,,,,, aku gelegar jiwa, ketika semakin terbangga
Dan terpalang pintu.----
Ratusan konsen bersulang rimba di tepis jarak bermil-mil dari khatulistiwa
Meradang tunas pribumi menjunjung tinggi berlian permata
Di ikuti lonta angin menjemput sibak untung
Ke elokkannya....._-
Buyur-buyur bening di tepian mata,
Rintihan panggilan seperti burung garuda dan    
Ucap sajak lama
Dari si topan pelangi tepian samudra india
‘’tanah surga di belakangku akar abadi pelataran manusia itu’’

########
Semakin kacir rongga terjepit cerita warna
Aku ingat kunci kaca di pelataran berbahasa
mengenalkan cara di ribuan desa
ungkapan sastra pelipur lara
serta ::... sentilan sentilun massa penguak selimut ocehan kita
Dan..-
ungkapan pendek dari prahara melihat bangsa berwarna
‘’aku bertemu tanah moyang dan melihat mata-mata mozaik’’
Mereka mengembalikanku..
Membimbingku....
Meletakkanku di pelataranku...
Dan...--_
Menyerukan kesatuan di atas dalih keragamanku
Ini tradisi ku yang sering kusebut

Mungkin sedikit lawak bergaya pembaharuan
Ketika peran di dalamnya dimainkan
Dan sementara..._dalang  jawa memutar sandiwara
Aku menatap...-
Sinis ,,,
Komentar pedas si wayang
Seyum malu tutur bangga, akirnya selesai dan...-
hilang malang...   
kala selir sinden terasa asing
Begitu pandai si pemahat keris menyela api pangkuan sinden
Dan bertemu kecak jari-jari dewa tari
Selalu berkeping-keping di urut gentong
Bunyi melayu...
Apakah sabagian dari kita...?
Oo.....
Apa...!
Terhitung satu dalam seribu
Tidak pelu..- ku berwarna dan aku telah menceritakanya
Kau dengar dan simpan
Simpan..?
Ya, simpan dalam darah murnimu
Tak cukup satu terucap dalam seribu
Tapi seribu satu di tambah seribu satu, masih selembar buku untuk kita
----------------------------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar